Ilustrasi
Di antara kemungkaran
perayaan maulid seringnya terlontar dari mereka hadits-hadits dusta, padahal
hal itu termasuk dosa besar dengan kesepakatan ulama.
Berikut tiga contoh
hadits yang sering muncul dalam acara-acara maulid berserta keterangannya agar
kita mewaspadainya:
1. Perayaan maulid Nabi
مَنْ أَقَامَ مَوْلِدِيْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِيْ مَوْلِدِيْ فَكَأَنَّمَا
أَنْفَقَ جَبَلاً مِنَ الذَّهَبِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
“Barang siapa yang
merayakan maulid (hari kelahiran)ku, maka aku akan menjadi pemberi syafa’atnya
di hari kiamat. Dan barang siapa yang menginfakkan satu dirham untuk maulidku
maka seakan-akan dia telah menginfakkan satu gunung emas di jalan Alloh.”
Perkataan serupa juga
dinisbatkan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali bin Abi Tholib, sebagaimana
dalam kitab Madarij al-Shu’udh hlm. 15 kar. Syaikh Nawawi Banten. [1]
TIDAK ADA ASALNYA. Sejak awal mendengar ucapan yang dianggap
hadits ini, hati penulis langsung mengingkarinya karena bagaimana mungkin
hadits ini shohih, sedangkan maulid tidak pernah dicontohkan oleh Rosululloh Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya?!! Akan tetapi, penulis ingin memperkuat
pendapatnya dengan perkataan ulama. Sebab itu, penulis pun membolak-balik
kitab-kitab hadits, tetapi tidak menjumpainya satu huruf pun, baik dalam
kitab-kitab hadits yang shohih, dho’if, maupun maudhu’ (palsu). Alhamdulillah,
pada suatu kesempatan penulis menanyakannya kepada Syaikh Abu Ubaidah Masyhur
bin Hasan Alu Salman [2] lalu beliau menjawab:
هَذَا كَذِبٌ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ اخْتَلَقَهُ
الْمُبْتَدِعَةُ
“Ini merupakan
kedustaan kepada Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang hanya
dibuat-buat oleh para ahlulbid’ah.”
Kepada para saudara
kami yang berhujjah dengan hadits ini, kami katakan, “Dengan tidak mengurangi
penghormatan kami, datangkan kepada kami sanad hadits ini agar kami
mengetahuinya!!”
2. Hikmah penciptaan makhluk
لَوْلاَكَ لَمَا خَلَقْتُ الأَفْلاَكَ
Seandainya bukan karenamu
(Nabi Muhammad), Aku (Alloh) tidak akan menciptakan makhluk.
MAUDHU’. Sebagaimana dikatakan ash-Shoghoni.[3]
Diriwayatkan ad-Dailami dalam Musnad-nya 2/41 dari jalur Ubaidulloh bin
Musa al-Qurosyi: Menceritakan kepada kami Fudhoil bin Ja’far bin Sulaiman dari Abdushshomad
bin Ali bin Abdulloh bin Abbas dari ayahnya, Ibnu Abbas secara marfu’.
Kecacatan hadits
terletak pada Abdushshomad. Al-Uqoili v\ berkata tentangnya, “Haditsnya
tidak terjamin. Dan orang-orang sebelum Abdushshomad tidak saya kenal.”
Ibnul Jauzi v\ juga
meriwayatkannya dalam al-Maudhu’at (1/288–289) dari sahabat Salman a\,
lalu berkomentar, “Haditsnya maudhu.’ ” Dan disetujui as-Suyuthi dalam al-Ala’i:
1/282.[4]
Syaikhul-Islam Ibnu
Taimiyyah berkata, “Ucapan ini bukanlah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam baik dari jalur yang shohih maupun lemah, tidak dinukil oleh seorang pun
dari ahli hadits, baik dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam atau dari
sahabat, bahkan ucapan ini tidak diketahui siapa yang mengucapkannya.” [5]
Makna hadits ini pun
tidak benar, karena bertentangan dengan firman Alloh:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾
Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS.
adz-Dzariyat [51]: 56)
Ayat ini menegaskan
bahwa Alloh menciptakan anak Adam untuk beribadah, bukan karena Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam.
3. Nur Muhammad
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرُ نَبِيِّكَ يَا
جَابِرُ !
“Makhluk yang pertama
kali diciptakan adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir!”
TIDAK ADA ASALNYA. Hadits yang populer ini adalah batil,
demikian juga semua hadits yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam diciptakan dari cahaya, karena hal itu bertentangan dengan
firman Alloh:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌۭ مِّثْلُكُمْ
يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ
Katakanlah,
“Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku, ‘Bahwa sesungguhnya ilah (sembahan) kamu itu adalah Ilah Yang Esa.’ ”
(QS. al-Kahfi [18]: 110)
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : خُلِقَتِ
الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ, وَخُلِقَ إِبْلِيْسُ مِنْ نَارِ السَّمُوْمِ,
وَخُلِقَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ مِمَّا قُدْ وُصِفَ لَكُمْ
Rosululloh Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis dicptakan
dari api yang menyala-nyala, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan
pada kalian.” [6]
Hadits ini secara
jelas menunjukkan bahwa malaikat saja yang diciptakan dari cahaya, bukan Adam
dan anak keturunannya.[7]
Syaikhul-Islam Ibnu
Taimiyyah v\ menegaskan bahwa hadits ini adalah dusta dengan kesepakatan ahli
hadits.[8] Demikian juga ditegaskan oleh Syaikh Sulaiman bin Sahman.[9]
As-Suyuthi v\ juga menegaskan bahwa hadits ini tidak ada sanadnya.[10] Demikian
juga Jamaluddin al-Qosimi[11] dan Muhammad Rosyid Ridho,[12] keduanya
menegaskan bahwa hadits ini tidak ada asalnya.
Samahatusy-Syaikh
Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata, “Adapun ucapan sebagian manusia, ahli
khurafat dan orang-orang Sufi bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
diciptakan dari cahaya dan makhluk pertama adalah cahaya Muhammad, semua ini
adalah tidak ada asalnya, ucapan batil dan kedustaan belaka.” [13]
Akhirnya, Demikianlah
sebagian kemungkaran-kemungkaran yang biasa terjadi dalam acara perayaan
maulid, suatu hal yang menguatkan kebatilan perayaan ini. Alangkah bagusnya
ucapan Syaikh Muhammad Abdussalam as-Syaqiry tatkala berkata:
“…. Di bulan ini
(Rob’iul Awal), Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dilahirkan dan juga
diwafatkan. Lantas mengapa mereka bergembira dengan kelahirannya tetapi tidak
sedih dengan wafatnya? Oleh karenanya, menjadikan kelahiran beliau sebagai
perayaan merupakan perkara bid’ah munkarah dan sesat serta tidak sesuai dengan
syariat dan akal. Seandainya hal itu merupakan amalan yang baik, bagaimana
mungkin dilalaikan oleh Abu Bakar, Umar bin Khoththob, Utsman, para sahabat,
para tabi’in, para tabi’ut tabi’in, serta ulama kaum muslimin? Tidak syak lagi
bahwa perayaan tersebut hanyalah dibuat-buat oleh para sufi yang suka makan,
dan oleh para pengangguran dari kalangan ahlulbid’ah yang kemudian diikuti oleh
mayoritas manusia. Pahala apa yang akan diperoleh dari harta yang
dihambur-hamburkan? Keridhoan apa yang akan didapat dalam perkumpulan para
penyanyi, artis, pelacur, perampok, dan lain-lain? Dan adakah kebaikan dalam
perkumpulan para kiai beserban merah, hijau, kuning, dan hitam?
Apa manfaat yang bisa dipetik? Tidak lain
hanyalah penghinaan orang-orang kafir Eropa kepada kita dan agama kita,
sehingga mereka menyangka bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
beserta para sahabatnya seperti itu — innaa lillahi wa innaa ilaihi roji’un.
Mengapa mereka tidak berpikir bahwa manusia kini dilanda kemiskinan, kelaparan,
penyakit, dan kebodohan? Bukankah sebaiknya harta-harta tersebut digunakan
untuk pembangunan pabrik bagi para penganggur? Atau untuk membuat
senjata-senjata guna menghadapi musuh-musuh Islam? Mengapa para tokoh agama
hanya diam, bahkan turut mendukungnya? Dan mengapa negara juga diam terhadap
penghamburan harta yang menyebabkan negara dalam kehinaan yang parah? ….”[14]
Tulisan: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Sumber tulisan; Kemungkaran-kemungkaran Dalam Perayaan Maulid Nabi
Catatan kaki:
[1] Lihat Hadits-Hadits Bermasalah
kar. Prof. Ali Musthofa Ya’qub hlm. 102
[2] Beliau adalah salah
seorang murid imam ahli hadits besar, al-Albani, yang berkunjung ke Indonesia
dalam rangka dakwah. Pertanyaan ini saya tanyakan kepada beliau pada hari Rabu
6 Muharrom 1423 H, sebelum sholat Zhuhur di Masjid al-Irsyad, Surabaya.
[3] Al-Ahadits
al-Maudhu’ah hlm. 7
[4] Silsilah Ahadits
al-Dho’ifah: 282
[5] Majmu’ al-Fatawa: 11/96
[6] HR. Muslim: 8/226
[7] Silsilah Ahadits
al-Shohihah: 458
[8] Majmu’ al-Fatawa: 18/367
[9] Al-Showai’q
al-Mursalah al-Syihabiyyah hlm. 15
[10]
Al-Hawi li al-Fatawi: 2/43
[11]
Syarh al-Arba’in al-Ajluniyyah: 343
[12]
Fatawa Rosyid Ridho: 2/447
[13]
Fatawa Nur ’Ala Darb: 1/112–113
[14]
Al-Sunan wa al-Mubtada’at hlm. 123
Tidak ada komentar:
Posting Komentar