TITIAN SALAF

"Syiarkan Sunnah, Kikis Bid'ah". Mencukupkan Diri Dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Mengikuti Pemahaman Generasi Terbaik Para Sahabat Radhiyallahu’anhum

Breaking

Kamis, 26 September 2019

Menyusuri Jalan Generasi Awal Sebagai Jalan Selamat Dari Kepungan Fitnah


Sungguh indah perkataan Imam Malik bin Anas rahimahullah yang selayaknya digoreskan dengan tinta emas:

لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا

“Tidak akan menjadikan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan sesuatu yang telah menjadikan baik generasi awalnya”

Ungkapan ini memberikan sebuah pengertian bahwa yang telah menjadikan mereka baik adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Itulah yang dapat memperbaiki mereka sampai hari qiamat.

Akan tetapi,  sayang, umat Islam berpaling dari jalan  (yang lurus)  menjadi berkelompok-kelompok. Ini karena  mereka telah  melalaikan pilar  yang ketiga  yang berfungsi sebagai pendukung  (untuk memahami) Al Qur'an dan As Sunnah. Pilar  yang  ketiga itu adalah pemahaman  para  salafus shalih terhadap Al Qur'an dan As Sunnah. Dan surat  Al  Fatihah telah  mencakup  pilar-pilar  yang tiga ini dengan penjelasan  yang sempurna.  Allah  berfirman: 

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ} [الفاتحة : 6]

Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS, Al Fatihah; 6)

Ayat ini mencakup dua  pilar yaitu  Al Qur'an  dan As Sunnah. 

Dan Firman Allah Ta'ala 

{صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ } [الفاتحة : 7]

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka (QS. Al Fatihah; 7)

mencakup pilar yang ketiga yaitu  mengikuti pemahaman salaf (para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Radhiyallahu’anhum) dalam  meniti jalan  yang lurus ini. Tidak diragukan lagi barangsiapa  berpegang  teguh dengan Al Qur'an dan As Sunnah,  berarti dia  telah  mendapatkan hidayah menuju  jalan yang lurus.  Akan tetapi tatkala pemahaman  manusia terhadap Al Qur'an dan As Sunnah  berbeda-beda, ada yang  benar dan ada yang keliru, atau tidak seragam  maka dibutuhkanlah suatu jalan  keluar. Untuk mengantisipasi bahkan menghilangkan  perbedaan  pandangan  atau  perselisihan  ini maka haruslah ada  pilar yang  ketiga yaitu  mengikuti pemahaman salafus shalih. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberi penegasan kenapa mengikuti pemahaman para sahabat Radhiyallahu’anhum. Allah Azza wa Jalla berfirman:

{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [التوبة : 100]

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS, At-Taubah; 100)

Dan telah ditegaskan dalam  suatu hadits bahwa  masa (kurun waktu) yang dipergunakan sebagai standar dalam memahami nas adalah  masa tiga generasi terbaik.  Tidak boleh seorangpun menyelisihi mereka  dengan  mengada-adakan pemahaman  yang  baru  yang tidak dipahami oleh  mereka. Hadits yang dimaksud adalah dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ 

"Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian akan datang sebuah kaum yang persaksian seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya" (HR Bukhariy; 5949) 

Maka kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah sesuai pemahaman sahabat Nabi Radhiyallahu’anhum dalam mempelajari Dinul Islam adalah jalan selamat dalam menghadapi gempuran fitnah saat ini. 

Wallahu Ta’ala A’lam. 

Dinukil dengan beberapa penambahan dari buku; "Sittu Durror Landasan Membangun Jalan Selamat (hal 98 - 102)" karangan Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramdhani Hafizhahullah. Penerbit Media Hidayah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar