TITIAN SALAF

"Syiarkan Sunnah, Kikis Bid'ah". Mencukupkan Diri Dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Mengikuti Pemahaman Generasi Terbaik Para Sahabat Radhiyallahu’anhum

Breaking

Sabtu, 19 Maret 2022

Sabtu, Maret 19, 2022

Fiqh Ringkas Puasa Ramadhan (Bag 6 - selesai - Zakat Fitrah)

 

(ilustrasi zakat fitrah)

Zakat Fitrah

Kenapa diperintahkan mengeluarkan Zakat Fitrah?

  • Hal ini diperintahkan untuk menyucikan diri orang yang puasa dari kekurangan (perbuatan sia-sia) selama berpuasa.
  • Dan juga sebagai makanan bagi orang-orang miskin.

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Zakat Fitrah itu diwajibkan untuk membersihkan orang yang tengah berpuasa dari dosa perbuatan/perkataan yang sia-sia dan keji, dan makanan untuk orang-orang miskin”

(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Siapa yang wajib mengeluarkan Zakat Fitrah?

Hukum Zakat Fitrah adalah wajib

  •  Wajib bagi setiap Muslim (merdeka atau budak; laki-laki atau perempuan; muda atau tua), yang pada malam Ied (hari terakhir Ramadan) memiliki kelebihan makanan dari yang dia butuhkan untuk hari itu.
  • Jika dia tidak memiliki kelebihan makanan maka dia dikecualikan dari zakat wajib ini.

Barapa ukuran/takaran Zakat Fitrah?

  • Setiap muslim wajib membayarkan satu sha' (2.04 – 3 kg). Berat makanan mungkin berbeda sesuai jenis makanan, lebih baik dikeluarkan 3 kg supaya lebih aman.  
  • Zakat fitrah dikeluarkan berupa kurma, gandum, beras atau apa saja makanan pokok di suatu daerah.
  • Boleh juga makaroni, kacang-kacangan atau ikan jika itu merupakan makanan pokok di daerah tersebut.
  • Harus makanan [Pendapat Jumhur (mayoritas)yang belum dimasak], berbeda dengan Abu Hanifah yang membolehkan berupa uang.

Siapa yang berhak menerima Zakat Fitrah?

Zakat Fitrah hanya diberikan pada orang-orang miskin.

Catatan:

  • Orang miskin adalah orang yang penghasilannya tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya.
  • Jika seseorang yang memiliki gaji bisa mencukupinya sampai akhir bulan maka bukan termasuk orang miskin.

Kapan waktu membayarkan Zakat Fitrah?

  • Wajib bagi orang yang menjumpai waktu sebelum matahari terbenam di hari terakhir.
  • Maka, jika seorang anak lahir atau sesorang masuk Islam sebelum matahari terbenam mereka wajib membayar zakat fitrah.
  • Jika seseorang meminggal sebelum matahari terbenam maka tidak ada kewajiban zakat baginya.
  • Zakat fitrah harus dibayarkan sebelum shalat Ied & bukan sesudahnya.

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Zakat Fitrah itu diwajibkan untuk membersihkan orang yang tengah berpuasa dari dosa perbuatan/perkataan yang sia-sia dan keji, dan makanan untuk orang-orang miskin, barang siapa yang menunaikannya sebelum Sholat ied maka zakatnya sah dan diterima, namun apabila zakat itu dikeluarkan setelah Sholat ied maka itu dihitung sebagai sodaqoh yang biasa. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah).

  • Boleh dibayarkan 1 atau 2 hari sebelum Ied.

Wallahu Ta’ala A’lam. Shalawat serta salam tercurah atas nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dan keluarga serta para sahabatnya.

Jumat, 11 Maret 2022

Jumat, Maret 11, 2022

Fiqh Ringkas Puasa Ramadhan (Bag 5 - Sunnah-sunnah Puasa dan Amalan-amalan Utama di Bulan Ramadhan)

 


Sunnah-sunnah Puasa dan Amalan-amalan Utama di Bulan Ramadhan.

Sunnah puasa ada enam:

a.    1. Mengakhirkan sahur sampai akhir waktu malam, selama tidak dikhawatirkan terbit fajar.

2. Segera berbuka puasa bila matahari benar-benar sudah terbenam. 

c.   3. Memperbanyak amal kebaikan, terutama menjaga shalat lima waktu pada waktunya dengan berjamaah, menunaikan zakat harta benda kepada orang-orang yang berhak, memperbanyak shalat sunnah, sedekah, membaca Al Qur’an dan amal kebajikan lainnya.

4. Jika dicaci maki, supaya mengatakan: “Inni saa'im / Saya berpuasa” dan jangan membalas mengejek orang yang mengejeknya, memaki orang yang memakinya, membalas kejahatan orang yang berbuat jahat kepadanya; tetapi membalas itu semua dengan kebaikan agar mendapatkan pahala dan terhindar dari dosa.

5. Berdoa ketika berbuka sesuai dengan yang diinginkan. Seperti membaca doa:

  ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَالله

 “Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.”

 [Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki]

(Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya)

6. Berbuka dengan kurma segar / ruthob, jika tidak punya maka dengan kurma kering, dan jika tidak punya cukup dengan air.

Amalan-amalan Utama di bulan Ramadhan

1.   1. Shalat tarawih

Disebut juga Qiyamul lail; yaitu shalat setelah shalat Isha' dengan berjemaah sampai selesai (mengerjakan witir bersama Imam) ; dan boleh menambah shalat sendiri di akhir malam.

§  Shalat 20 rakaat; tiap dua rakaat salam dan 3 rakaat witir.

§  Atau shalat 8 atau 10 rakaat dan 3 witir.

Ibnu Taimiyyah berkata: " Shalat Tarawih - menurut mazhab - Abi Hanifah, Asy-Syafi'i, Ahmad: 20 rakaat atau Malik 36 rakaat, 13 atau 11 rakaat adalah afdhal. Imam Ahmad menyatakan tidak ada batasan, jadi banyak dan sedikitnya rakaat bergatung pada panjang atau pendeknya shalat tarawih." (Al-Ikhtiyarat AlFiqhiyah hlm.427)

2.   2. Disunnahkan mengerjakan Umrah di bulan Ramadaan karena pahalanya sama dengan pahala haji.

3.   3. I’tikaf

I’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid untuk ibadah.

§  Bisa pada bulan Ramadan atau kapan saja ketika puasa atau tanpa puasa.

§  Waktu minimal untuk i'tikaf: tidak ada batasan waktu (pendapat mayoritas). Ada yang berpendapat satu hari, satu malam, dan ada juga pendapat satu hari satu malam.

§  Nabi beri’tikaf pada 10 hari akhir Ramadan

§  I’tikaf harus: Diam di dalam masjid dimana shalat Jum’at diadakan; tidak keluar kecuali untuk hal berkaitan dengan makan atau toilet/kamar mandi.

§  I'tikaf tidak sah karena hal-hal di bawah ini:

a.    Jima’

b.    Pelukan & ciuman

c.     Keluar mani dengan sengaja

d.    Menstruasi

e.    Hilang akal

f.      Murtad

g.    Membatalkan niat i’tikaf

h.    Keluar masjid tanpa keperluan mendesak

Lailatul Qadr

Ø  Malam terbaik dalam tahun tersebut.

Ø  Terjadi di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadhan. Sebagian sahabat dan ulama menyebutkan terjadi pada malam ke 27.

Ø  Tidak ada malam yang memiliki keutamaan sama dengannya. Allāh berfirman: "Malam kemuliaan itu lebih baik dari 1000 bulan" = 30.000 hari. misalkan: bersedekah Rp 1000 maka pahalanya seperti sedekah Rp 30.000.000, -. Hal yang sama berlaku untuk setiap zikir, membaca ayat Al Qur’an dan ibadah lain.

Ø  Sangat dianjurkan untuk mengisi malam ini dengan ibadah seperti shalat, membaca Al Qur'ān, zikir, i'tikaf, sedekah dll.

Wallahu Ta’ala A’lam

Selasa, 22 Februari 2022

Selasa, Februari 22, 2022

Fiqh Ringkas Puasa Ramadhan (Bag 4 - Pembatal-pembatal Puasa)


Pembatal-pembatal Puasa

Puasa batal apabila pembatal-pembatal puasa dilakukan dalam keadaan mengetahui, penuh kesadaran. Tapi apabila dilakukan karena tidak mengetahui hukumnya, lupa atau terpaksa maka puasanya sah dan dia tetap melanjutkan puasanya.

1. Makan dan minum


Sesuatu yang melewati kerongkongan dengan sengaja baik masuk dari mulut atau hidung 

  • Jika seseorang makan karena lupa, maka puasanya tetap sah dan tetap melanjutkan puasa. 

  • Jika sesorang makan sedangkan dia mengira masih malam atau ragu apakah fajar sudah terbit, makai ia tetap melanjutkan puasa 

  • Tapi jika dia mendapati bahwa dia makan setelah terbit fajar maka dia harus mengganti puasa hari tersebut. 

  • Jika seseorang berbuka karena mengira matahari sudah terbenam, padahal belum maka ia harus mengganti puasa hari tersebut. [Pendapat jumhur ulama; Ibnu Taimiyyah & Ibnu Utsaimin (rahimahumullah) berpendapat puasanya sah].


2. Jima'


Jima’ sehingga terjadi penetrasi baik disertai ejakulasi ataupun tidak. Apabila melakukan jima’ pada siang hari bulan Ramadan sedangkan dia berpuasa maka harus menunaikan Kafarat. 

  • Kafaratnya 1 dari 3: 

  1. Membebas seorang budak, 

  2. Puasa 2 bulan berturut-turut

  3. Menberi makan 60 orang miskin masingmasing 1.5 kg makanan. 

(Suami & istri wajib mengganti puasa yang batal tersebut) 

  • Tidak ada kafarat untuk istri apabila dipaksa jima’. 

  • Jika jima’ terjadi karena lupa maka puasa tetap sah 

  • Jika jima’ terjadi pada beberapa hari maka kafaratnya untuk tiap hari.


3. Keluar mani dengan sengaja


Jika seseorang dengan sengaja ejakulasi maka puasanya batal, dia berdosa dan harus mengganti puasa hari tersebut tanpa kafarah. 

  • Mimpi basah tidak membatalkan puasa 

  • Jika pelukan dan ciuman menyebabkan ejakulasi maka puasa batal. 

  • Keluar madzi karena berkhayal atau pelukan tanpa ejakulasi tidak membatalkan puasa. 

  • Tidak mengapa ciuman dan pelukan kalau bisa menahan syahwat.


4. Yang Serupa dengan Makan dan Minum


Yaitu suntikan nutrisi yang mencukupi dengannya makan & minum. 

  • Suntikan antibiotik, atau penghilang nyeri, vitamin ( yang bukan pengganti makanan) maka tidak apa-apa. 

  • Tidak membatalkan puasa: Tetes mata atau telinga, endoskopi (tanpa minyak), kateter, IUD, suppositori, irigasi kantong kemih, pil sublingual (diserap bukan ditelan), masker oksigen, siwak, pasta gigi. 

  • Membatalkan puasa: Dialisis (cuci darah), tetes hidung 

  • Khilaf ulama Semprot asma, clyster (prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon/usus besar melalui anus)


5. Muntah dengan Sengaja


Muntah dengan sengaja membatalkan puasa. Tapi jika seseorang muntah tanpa sengaja maka puasanya sah.


6. Haid dan Nifas


Jika seorang perempuan haid atau nifas maka dia harus segera berhenti puasa walaupun pada menit-menit terakhir sebelum matahari terbenam. (Berdasarkan ijma’)


7. Bekam


Bekam adalah menyedot darah keluar dari tubuh untuk pengobatan maupun untuk menjaga kesehatan. Ulama memberlakukan hal yang sama untuk donor darah. Tetapi apabila jumlahnya sedikit misalnya mengambil darah untuk periksa gula darah tidak mengapa.

Bekam membatalkan puasa menurut pendapat Imam Ahmad, berbeda dengan pendapat jumhur (mayoritas) ulama yang berpendapat bekam tidak membatalkan puasa.

Sabtu, 12 Februari 2022

Sabtu, Februari 12, 2022

Fiqh Ringkas Puasa Ramadhan (Bag 3 - Siapa Yang Boleh Tidak Puasa Ramadhan?)

 


Siapa yang boleh tidak puasa Ramadhan?

  1. Orang yang sedang sakit

Keadaan sakit dan hukum puasa Ramadhan bagi mereka: 

  1. Haram / tidak boleh berpuasa: Jika puasa menambah parah sakitnya 

  2. Makruh: Jika puasa memperlambat kesembuhan 

  3. Makruh: Jika puasa menyebabkan kepayahan walaupun sakitnya tidak bertambah parah 

  4. Harus puasa: Jika sakit ringan misalnya pusing atau flu ringan

  5. Orang dengan sakit kronis atau orang tua yang tidak dapat berpuasa, memberi makan fakir/miskin untuk hari dimana mereka tidak puasa yaitu 1/2 saa' makanan (1,5 kilo) 

  6. Orang tua yang sudah pikun, maka dia tidak puasa tanpa membayar fidiyah atau qadha.


  1. Orang yang sedang dalam perjalanan (musafir)

Keadaan musafir dan hukum puasa Ramadhan bagi mereka: 

  1. Lebih baik puasa (tidak wajib): Jika tidak ada yang memberatkan dalam perjalanannya 

  2. Tidak boleh puasa: Apabila ada kesulitan yang memberatkan dalam perjalanannya 

  3. Tidak dianjurkan berpuasa: JIka diperkirakan ada kesusahan dalam perjalananya.


  1. Perempuan yang sedang haid atau nifas

Berdasarkan ijma’ bahwa perempuan yang haid atau nifas harus tidak puasa, dan haram bagi mereka berpuasa.


  1. Perempuan yang sedang menyusui atau hamil

Keadaan perempuan hamil & hukum puasa Ramadhan bagi mereka: 

  1. Harus / sangat dianjurkan puasa: JIka tidak ada dampak terhadapnya apabila dia berpuasa; tidak ada kesusahan; dan tidak ada pengaruh pada bayinya 

  2. Hendaknya berbuka: JIka dia khawatir berpuasa berbahaya untuk diri dan bayinya. Maka dia harus mengqadha puasanya setelah Ramadhan. (1)

Catatan kaki:

(1). Ulama mazhab Asy-Syafi’i & Imam Ahmad berpendapat sebagai tambahan qadha, jika dia tidak puasa karena khawatir akan bayinya saja, maka dia juga memberi makan fakir/miskin setiap hari 1,5 kilo makanan. Syaikh Utsaimin rahimahullah berpendapat: tidak ada dalil untuk fidyah. Maka untuk semua kondisi dia hanya mengqadha hari dimana dia tidak puasa.

Minggu, 23 Januari 2022

Minggu, Januari 23, 2022

Fiqh Ringkas Puasa Ramadhan (Bag 2 - Syarat-syarat Puasa dan Siapa Yang Wajib Puasa)



Syarat-syarat puasa & Siapa yang wajib puasa?

1. Muslim

Allāh tidak menerima puasa non-Muslim sampai mereka menjadi Muslim.

Catatan; Apabila seorang non-Muslim masuk Islam pada siang hari bulan Ramadhan, maka dia mulai berpuasa pada saat itu juga & tidak perlu qadha untuk hari tersebut.

2. Berakal

Orang yang tidak berakal terbebas dari kewajiban sampai akalnya kembali normal yaitu dia melakukan ibadah atas dasar niat dan kesadaran penuh.

3. Bebas dari penghalang

Penghalang ini adalah untuk perempuan yang sedang haid atau nifas. Apabila seorang perempuan dalam keadaan haid atau nifas maka dia tidak boleh puasa.

Catatan; Apabila seorang perempuan berhenti dari haid/nifas pada siang hari bulan Ramadhan, dia tidak harus berpuasa di sisa hari tersebut. Namub dia tetap wajib menunaikan qadha untuk hari tersebut.

4. Baligh

Puasa tidak wajib sehingga seorang anak mencapai usia baligh/puber, tapi jika seorang anak berpuasa maka puasanya sah.

Catatan; Apabila seorang anak mencapai usia baligh pada siang hari bulan Ramadhan, maka dia mulai berpuasa pada saat itu juga & tidak perlu qadha untuk hari tersebut.

5. Mampu

Puasa tidak wajib bagi orang yang tidak mampu seperti sakit atau orang yang sangat tua, tapi apabila mereka berpuasa maka puasa mereka sah.

6. Mukim

Puasa tidak wajib bagi mereka yang sedang dalam perjalanan, tapi apabila mereka berpuasa maka puasanya sah.

Catatan; Apabila seorang musafir sampai di tempat mukimnya pada siang hari bulan Ramadhan, dia tidak harus berpuasa di sisa hari tersebut. Dia wajib menunaikan qadha untuk hari tersebut.


Catatan untuk poin-poin syarat-syarat puasa dan siapa yang wajib puasa:

a. Poin 1, 2, 3 disebut juga Shartu Sih-hah – syarat sah-, yang artinya puasa tidak diterima dari mereka yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut.

b. Poin 4, 5, 6 disebut juga Shartu Wujoob – syarat yang mewajibkan-, yang artinya puasa tidak wajib bagi mereka yang tidak memenuhi syarat ini. Puasa menjadi wajib hanya apabila memenuhi syarat ini. Tapi apabila mereka berpuasa maka puasanya diterima walaupun belum memenuhi syarat ini.

Bersambung.....

Sabtu, 22 Januari 2022

Sabtu, Januari 22, 2022

Fiqh Ringkas Puasa Ramadhan (Bag. 1)


Definisi Puasa:

Menahan  diri  dari  makan, minum, bersetubuh dan perkara-perkara lain yang membatalkan  puasa  dari  terbit fajar  sampai  terbenam  matahari dengan  niat  ibadah.

Waktu Puasa:
Menahan dimulai  dari  azan subuh sampai  lingkar  matahari benar-benar  terbenam.

Niat Puasa:
Niat  puasa  mesti  dihadirkan (dalam  hati  tanpa  diucapkan) kapan  saja waktu malam  hari.
Catatan; Pendapat  Mayoritas  (Jumhur);  harus  berniat  setiap  hari.  Bangun  sahur  pada  malam  hari  dianggap  sebagai  niat.  Imam  Malik  &  satu  riwayat  oleh  Imam Ahmad: satu  niat untuk  seluruh  Ramadhan,  tapi  jika  seseorang  berbuka/membatalkan  puasa  karena  bepergian  atau  mens,  maka  dia  harus  memulai  niat  baru  setelah  keringanan  untuk tidak   berpuasa  selesai.

Hukum Puasa Ramadhan:
Puasa  adalah  rukun  Islam  ke 4 dan hukumnya  wajib. Dalilnya  terdapat  di  dalam  Al Qur’an,  Sunnah and  ijma’.

Mengingkarinya  adalah kekufuran karena pengingkaran terhadap  Al Qur'ān.

Mulai diperintahkan Puasa Ramadhan:
Puasa Ramadan diperintahkan pada tahun ke  2 Hijriyah.  Sedangkan Nabi  Shallallahu Alaihi Wasallam puasa  Ramadan sebanyak 9  kali.

Menentukan awal Ramadhan:
Bulan Ramadhan  dimulai  dengan  :
1. Melihat  bulan sabit  (hilal)  Ramadhan,  atau  
2. Menggenapkan bulan  Sya’ban  30  hari.

Diperlukan  1  saksi  untuk  membenarkan  penampakan hilal Ramadhan  dan  2  saksi  untuk  bulan Syawal.

Saksi  harus  baligh,  berakal  dan  terpercaya  baik  laki-laki  atau perempuan.

Menggunakan perhitungan (hisab falaki) untuk permulaan  atau akhir  Ramadhan  tidak diperbolehkan. Hal ini berdasarkan ijma ulama. Ibnu  Taimiyah  menyebutkan  ijma’  ulama  di  dalam  Majmu'  Alfatawa  (25/132-133)

Boleh  menggunakan  teropong  atau  teleskop  untuk melihat bulan  tapi  tidak  boleh menggunakan satelit.

Setiap negeri  memiliki  penampakan  bulan sendiri.
Catatan; Jumhur  ulama  termasuk  Abu  Hanifah  dan  Imam Ahmad  berkata: melihat  bulan  di  satu  negeri   maka  wajib  bagi  semua  Muslim  untuk  berpuasa.  Sementara  Imam Syafi’i, beberapa  salaf  dan  Ibnu  Tamiyah  mengatakan  bahwa  jika  satu  negeri  melihat  bulan,  maka  bukan  kewajiban  bagi  orang  lain  sampai  mereka  mengamatinya  sendiri. Mereka  berpendapat  dengan  hadits  Kurayib  Radhyallahu'anhu dalam  HR  Muslim ketika  dia  datang kepada  Muawiah  Radhyallahu'anhu  di  Syam  dan  mereka  berpuasa  di hari  Jum’at,  ketika  dia  kembali ke  Madinah  Ibnu  Abbas  Radhyallahu'anhu  berkata  padanya:  Kami  berpuasa  pada  hari  Sabtu.  Kurayib  berkata:  kalian  tidak  berpuasa  dengan  Muawiah?  Ibnu  Abbas Radhyallahu'anhu berkata:  kami berpuasa  ketika  kami  melihat  bulan  atau  menggenapkan  bulan  30  hari.  Hal  ini  sebagaimana  Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan  kepada  kami.

Tidak  boleh  puasa  (pada  hari  Syak)  30  Sya'ban apabila  bulan/hilal  tidak  terlihat.

Bersambung....