TITIAN SALAF

"Syiarkan Sunnah, Kikis Bid'ah". Mencukupkan Diri Dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Mengikuti Pemahaman Generasi Terbaik Para Sahabat Radhiyallahu’anhum

Breaking

Rabu, 23 Oktober 2019

Lokomotif Hidayah


Kebanyakan orang menemukan hidayah, tatkala hatinya sedang tunduk, remuk- redam dengan suatu musibah yang sedang menimpanya. Mematahkan semua kesombongannya, meluluh-lantakkan ketidakpeduliannya selama ini terhadap Allah dan syariat-Nya. Ketika ia sudah berada di atas jurang kehancuran, Allah tarik tangannya lalu Ia tuntun dengan kelembutan dan kasih sayang-Nya, seharusnya kehidupannya sudah hancur berkeping-keping, jiwanya berantakan, akan tetapi ia kembali kepada jalan Allah.
Kadangkala Allah timpakan kepadanya penyakit yang menyebabkan ia terbaring lemas, berbilang hari bahkan bulan ia di atas kasur putih setelah puluhan tahun ia melawan Allah dengan maksiat bermodalkan kesehatan yang ia sangka akan abadi untuk selamanya.
Kadangkala Allah menundukkan kesombongan dengan mencabut kekayaan yang ia merasa memiliki selama ini, kesadaran muncul setelah api besar membakar istananya dan menghanguskan segala kekayaan yang ia peroleh dengan bercucur keringat, sebagaimana dulu ia cucurkan keringat, hari ini ia juga ia telah cucurkan air mata.
Kadangkala Allah memaksanya untuk bersujud dan membaluri keningnya dengan tanah setelah ia kehilangan orang-orang yang ia cintai. Sudahkah anda pernah mendengar cerita seorang suami pedagang bensin, ketika sedang menuangkan bensin ke dalam tangki motor salah seorang pembeli, tiba-tiba jatuh puntung rokok ke dalam bensin tersebut, lalu membakar dirinya dan rumah beserta orang-orang yang ada di dalamnya, dari anak dan istri yang sangat ia cintai.
Kadangkala Allah memberi hidayah kepada seseorang, setelah ia terjerat dalam sebuah kasus korupsi, setelah ia merasakan sempitnya penjara dan perihnya kehilangan jabatan, ia tinggalkan dunia dan ia kembali kepada Allah...
Mereka-mereka itu adalah orang-orang beruntung, mereka menemukan jalan kembali, setelah diberi teguran oleh Dzat Maha Pencipta.
Ada lagi satu golongan orang yang jauh lebih mulia dari orang-orang di atas dalam perolehan hidayah, yaitu orang yang dihentikan perjalanannya oleh kerinduan kepada kebenaran. Seperti perjalanan ikan salmon melintasi sungai, menyeberangi lautan dan mengarungi samudera, melintasi benua. Telah bermil-mil perjalanan ia tempuh, telah habis pula kebanyakan umurnya dalam perjalanan jauh itu. Ketika sudah tiba masanya, ada rasa kerinduan memanggilnya untuk pulang ke tempat asalnya, sekalipun banyak aral yang merintangi kepulangannya, sekalipun arus deras yang akan ia hadapi, ia tetap bersikukuh untuk pulang, kembali ke fitrah sebagaimana ia dilahirkan oleh ibunya.
Khalid bin Walid, seorang ksatria tanpa tanding, panglima yang tidak terkalahkan, hamba Allah yang tawadhu' (rendah hati), pemilik jiwa besar. Semuanya tentu tahu apa yang pernah ia lakukan terhadap kaum muslimin di perang Uhud, dengan ketajaman pandangannya ia dapat merubah kekalahan menjadi kemenangan untuk Quraisy, sebagai kemenangan pertama dan terakhir bagi mereka. Hampir pada semua tempat di mana ia berada, dia memasang permusuhan terhadap Islam dan kaum muslimin. Sampai akhimya, keinginan untuk pulang itu begitu kuat, beberapa hari sebelum penaklukan Mekkah ia mengajak kawan karibnya 'Amr bin Ash berangkat menuju Madinah untuk menyatakan keislamannya.
Berangkatlah mereka dengan azam yang telah kuat di hati mereka, sebab mereka adalah para kesatria Quraisy. Setibanya di Madinah mereka utarakan keinginannya, ketika Rasulullah mengulurkan tangannya kepada Khalid, ia tarik kembali tangannya, lalu ia berucap, "Dengan syarat, wahai Nabi Allah! Agar Allah menghapuskan segala kesalahanku semasa Jahiliah". Rasulullah tersenyum dan berkata, "Apakah engkau belum tahu, wahai Khalid?!, Sesungguhnya Islam menghapuskan semua kesalahan sebelumnya".
Adapun Ikrimah bin Abu Jahal - ia salah satu pemuda Quraisy yang paling keras perlawanan dan permusuhannya kepada Nabi, setelah Mekkah dikuasai oleh Rasulullah, ia mencoba lari dari kenyataan, ia seberangi lautan, ia lintasi padang pasir dalam kesendiriannya, ia coba tinggal di negeri orang, ia coba menahan dirinya dari keinginan pulang kepada kebenaran. Telah ia coba, tapi panggilan itu begitu kuat, keinsafan menghinggapi hari-harinya, maka ia coba untuk melangkahkan kaki pulang menyatakan kelemahan diri dan mengantarkan kepasrahan jiwa.
Disebutkan oleh lbnu Hajar, "Ketika Ikrimah dalam pelariannya, ia sedang di atas bahtera, tiba-tiba datang badai, lalu orang-orang yang berada dalam bahtera itu berteriak, "Ikhlaskan niat kalian kepada Allah, sesungguhnya Tuhan (berhala) kalian tidak mendatangkan manfaat sedikitpun". Sampai badai tersebut menjadi tenang, lalu ia berkata, "YaAllah, jika keikhlasan yang menyelamatkanku di lautan, tentu Dia juga yang akan menyelamatkanku di daratan. Demi Allah, aku berjanji, jika aku selamat dari kejadian ini, aku akan mendatangi Muhammad -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- dan aku letakkan tanganku di atas tangannya".1
Ada suatu golongan dalam perolehan hidayah, mereka memperolehnya dengan proses pencarian yang cukup melelahkan, berpindah dari satu ajaran kepada ajaran lain, dari agama kepada agama lain, akhirnya dia memperoleh apa yang inginkan. Contoh yang tepat untuk golongan ini seperti Salman AI-Farisi dan Waraqah bin Naufal.
Yang lebih hebat lagi adalah golongan yang sudah dalam katagori mati, tidak ada harapan, tidak ada denyut kebenaran dalam hatinya, lalu rahmatAllah menda-huluinya, iapun memperoleh hidayah. Contoh dari golongan ini adalah Umar bin Khattab. Padanya diturunkan ayat dalam suratAl-An' am, Allah berfirman;

أوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?". [QS. al-An'am:122]


Ini permisalan dari Allah terhadap seorang mukmin yang awal mula hatinya telah mati dalam kesesatan dan binasa dalam kebingungan, lalu Allah hidupkan dan segarkan kembali dengan iman dan Allah beri petunjuk untuk mengikuti rasulNya. Dia masukkan dirinya kepada agama penyerahan diri. Saat itu, ia telah mulai mengerti hal-hal yang bermanfaat dan jauh dari hal yang mudharat, berusaha untuk melepaskan diri dari kemurkaan, matanya mulai mengenal kebenaran yang sebelumnya ia buta, ia sudah mulai belajar yang sebelumnya ia tidak mengetahui, ia sudah mulai belajar untuk mengikuti, sampai ia memperoleh cahaya, dan dengan cahaya itu ia dapat menggunakannya untuk menerangi perjalanannya kepada Allah, di tengah kegelapan manusia. 2
("Untukmu Yang Berjiwa Hanif",hlm 24-28. Dedikasi dari Ust.Armen Halim Naro Rahimahullah)

Catatan kaki:
Al Ishabah 4/538
Lihat Tafsir Ibn Katsir (2/231), dan Ighastul Lahfan, Ibnul Qayyim hal. 26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar