TITIAN SALAF

"Syiarkan Sunnah, Kikis Bid'ah". Mencukupkan Diri Dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Mengikuti Pemahaman Generasi Terbaik Para Sahabat Radhiyallahu’anhum

Breaking

Senin, 15 Maret 2021

Senin, Maret 15, 2021

Tanpa Ilmu yang Benar Mustahil Sampai Dengan Selamat

Seringkali seorang Muslim yang terlahir dari orang tua Muslim, tidak menyadari bahwa banyak dari ilmu agama ini belum diketahui. Baru menyadari ketika berada pada situasi yang tidak rutin dihadapi sebelumnya. Misalnya saja mereka yang akan safar. Sebagian umat Islam tidak mengetahui kapan shalat qashar sebagai ruksah bagi seorang yang safar boleh dilakukan. Ada sebagian umat Islam melakukannya ketika akan berangkat safar yaitu ketika masih dirumahnya. Sedangkan mengqashar shalat adalah boleh dilakukan ketika seseorang sudah terhitung safar. Silakan baca:Bolehkah mengqashar shalat dan makan sebelum musfir keluar dari rumahnya

Hari-hari ke depan mungkin akan lebih berat, dimana konspirasi pengaburan ajaran Islam dilakukan secara masif dimana-mana. Kalau umat Islam tidak berbekal dengan ilmu yang benar sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam tentu akan banyak amalan-amalan baru bermunculan, seperti di video ini Wudu tanpa air . 

Belajar ilmu agama mesti dijadikan kebutuhan terutama yang berhubungan dengan ibadah-ibadah wajib. Kalau bukan muslim yang belajar Islam mustahil umat lain akan mempelajari agama Islam dengan sungguh-sungguh.

Untuk beribadah tidak cukup dengan modal semangat saja. Contoh dalam berjihad. Jihad (berperang di jalan Allah) adalah ibadah agung. Namun sebelum berjihad harus paham ilmu tentang jihad misalnya; Atas perintah siapa jihad bisa dilakukan, bagaimana shalat ketika perang, bagaimana pembagian harta rampasan perang yang benar, dll yang terkaitan jihad. Apabila tidak mempunyai ilmu yang benar tentang jihad maka bukan maslahat akan didapat melainkan membawa pada mafsadat atau malapetaka yang besar.

Ilmu adalah imam amal karena itu dalam ibadah tidak diperkenankan bersandar kepada akal semata. Sebab barang siapa bersandar pada akal dan meninggalkan dalil tegas dari Kitabullah dan Sunnah Rasul atau pada salah satu dari keduanya, pasti ia tersesat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Al-Hasyr: 7)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (AL Ahzab: 36)

Mengamalkan ilmu yang hanya bersandar pada perkataan nenek moyang, pembesar-pembesar dan fanatik  berlebihan dengan guru-guru menyebabkan seorang muslim sulit mengikuti jalan yang benar.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”. (Al Baqarah: 170)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

أَفَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَٰتٍ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ

Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (Fathir: 8)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِى ٱلنَّارِ يَقُولُونَ يَٰلَيْتَنَآ أَطَعْنَا ٱللَّهَ وَأَطَعْنَا ٱلرَّسُولَا۠

وَقَالُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِيلَا۠

رَبَّنَآ ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ ٱلْعَذَابِ وَٱلْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul".
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (Al Ahzab: 66 – 68)

Wallahu Ta'ala A'lam