TITIAN SALAF

"Syiarkan Sunnah, Kikis Bid'ah". Mencukupkan Diri Dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Mengikuti Pemahaman Generasi Terbaik Para Sahabat Radhiyallahu’anhum

Breaking

Selasa, 22 Februari 2022

Selasa, Februari 22, 2022

Fiqh Ringkas Puasa Ramadhan (Bag 4 - Pembatal-pembatal Puasa)


Pembatal-pembatal Puasa

Puasa batal apabila pembatal-pembatal puasa dilakukan dalam keadaan mengetahui, penuh kesadaran. Tapi apabila dilakukan karena tidak mengetahui hukumnya, lupa atau terpaksa maka puasanya sah dan dia tetap melanjutkan puasanya.

1. Makan dan minum


Sesuatu yang melewati kerongkongan dengan sengaja baik masuk dari mulut atau hidung 

  • Jika seseorang makan karena lupa, maka puasanya tetap sah dan tetap melanjutkan puasa. 

  • Jika sesorang makan sedangkan dia mengira masih malam atau ragu apakah fajar sudah terbit, makai ia tetap melanjutkan puasa 

  • Tapi jika dia mendapati bahwa dia makan setelah terbit fajar maka dia harus mengganti puasa hari tersebut. 

  • Jika seseorang berbuka karena mengira matahari sudah terbenam, padahal belum maka ia harus mengganti puasa hari tersebut. [Pendapat jumhur ulama; Ibnu Taimiyyah & Ibnu Utsaimin (rahimahumullah) berpendapat puasanya sah].


2. Jima'


Jima’ sehingga terjadi penetrasi baik disertai ejakulasi ataupun tidak. Apabila melakukan jima’ pada siang hari bulan Ramadan sedangkan dia berpuasa maka harus menunaikan Kafarat. 

  • Kafaratnya 1 dari 3: 

  1. Membebas seorang budak, 

  2. Puasa 2 bulan berturut-turut

  3. Menberi makan 60 orang miskin masingmasing 1.5 kg makanan. 

(Suami & istri wajib mengganti puasa yang batal tersebut) 

  • Tidak ada kafarat untuk istri apabila dipaksa jima’. 

  • Jika jima’ terjadi karena lupa maka puasa tetap sah 

  • Jika jima’ terjadi pada beberapa hari maka kafaratnya untuk tiap hari.


3. Keluar mani dengan sengaja


Jika seseorang dengan sengaja ejakulasi maka puasanya batal, dia berdosa dan harus mengganti puasa hari tersebut tanpa kafarah. 

  • Mimpi basah tidak membatalkan puasa 

  • Jika pelukan dan ciuman menyebabkan ejakulasi maka puasa batal. 

  • Keluar madzi karena berkhayal atau pelukan tanpa ejakulasi tidak membatalkan puasa. 

  • Tidak mengapa ciuman dan pelukan kalau bisa menahan syahwat.


4. Yang Serupa dengan Makan dan Minum


Yaitu suntikan nutrisi yang mencukupi dengannya makan & minum. 

  • Suntikan antibiotik, atau penghilang nyeri, vitamin ( yang bukan pengganti makanan) maka tidak apa-apa. 

  • Tidak membatalkan puasa: Tetes mata atau telinga, endoskopi (tanpa minyak), kateter, IUD, suppositori, irigasi kantong kemih, pil sublingual (diserap bukan ditelan), masker oksigen, siwak, pasta gigi. 

  • Membatalkan puasa: Dialisis (cuci darah), tetes hidung 

  • Khilaf ulama Semprot asma, clyster (prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon/usus besar melalui anus)


5. Muntah dengan Sengaja


Muntah dengan sengaja membatalkan puasa. Tapi jika seseorang muntah tanpa sengaja maka puasanya sah.


6. Haid dan Nifas


Jika seorang perempuan haid atau nifas maka dia harus segera berhenti puasa walaupun pada menit-menit terakhir sebelum matahari terbenam. (Berdasarkan ijma’)


7. Bekam


Bekam adalah menyedot darah keluar dari tubuh untuk pengobatan maupun untuk menjaga kesehatan. Ulama memberlakukan hal yang sama untuk donor darah. Tetapi apabila jumlahnya sedikit misalnya mengambil darah untuk periksa gula darah tidak mengapa.

Bekam membatalkan puasa menurut pendapat Imam Ahmad, berbeda dengan pendapat jumhur (mayoritas) ulama yang berpendapat bekam tidak membatalkan puasa.

Sabtu, 12 Februari 2022

Sabtu, Februari 12, 2022

Fiqh Ringkas Puasa Ramadhan (Bag 3 - Siapa Yang Boleh Tidak Puasa Ramadhan?)

 


Siapa yang boleh tidak puasa Ramadhan?

  1. Orang yang sedang sakit

Keadaan sakit dan hukum puasa Ramadhan bagi mereka: 

  1. Haram / tidak boleh berpuasa: Jika puasa menambah parah sakitnya 

  2. Makruh: Jika puasa memperlambat kesembuhan 

  3. Makruh: Jika puasa menyebabkan kepayahan walaupun sakitnya tidak bertambah parah 

  4. Harus puasa: Jika sakit ringan misalnya pusing atau flu ringan

  5. Orang dengan sakit kronis atau orang tua yang tidak dapat berpuasa, memberi makan fakir/miskin untuk hari dimana mereka tidak puasa yaitu 1/2 saa' makanan (1,5 kilo) 

  6. Orang tua yang sudah pikun, maka dia tidak puasa tanpa membayar fidiyah atau qadha.


  1. Orang yang sedang dalam perjalanan (musafir)

Keadaan musafir dan hukum puasa Ramadhan bagi mereka: 

  1. Lebih baik puasa (tidak wajib): Jika tidak ada yang memberatkan dalam perjalanannya 

  2. Tidak boleh puasa: Apabila ada kesulitan yang memberatkan dalam perjalanannya 

  3. Tidak dianjurkan berpuasa: JIka diperkirakan ada kesusahan dalam perjalananya.


  1. Perempuan yang sedang haid atau nifas

Berdasarkan ijma’ bahwa perempuan yang haid atau nifas harus tidak puasa, dan haram bagi mereka berpuasa.


  1. Perempuan yang sedang menyusui atau hamil

Keadaan perempuan hamil & hukum puasa Ramadhan bagi mereka: 

  1. Harus / sangat dianjurkan puasa: JIka tidak ada dampak terhadapnya apabila dia berpuasa; tidak ada kesusahan; dan tidak ada pengaruh pada bayinya 

  2. Hendaknya berbuka: JIka dia khawatir berpuasa berbahaya untuk diri dan bayinya. Maka dia harus mengqadha puasanya setelah Ramadhan. (1)

Catatan kaki:

(1). Ulama mazhab Asy-Syafi’i & Imam Ahmad berpendapat sebagai tambahan qadha, jika dia tidak puasa karena khawatir akan bayinya saja, maka dia juga memberi makan fakir/miskin setiap hari 1,5 kilo makanan. Syaikh Utsaimin rahimahullah berpendapat: tidak ada dalil untuk fidyah. Maka untuk semua kondisi dia hanya mengqadha hari dimana dia tidak puasa.