TITIAN SALAF

"Syiarkan Sunnah, Kikis Bid'ah". Mencukupkan Diri Dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Mengikuti Pemahaman Generasi Terbaik Para Sahabat Radhiyallahu’anhum

Breaking

Minggu, 05 April 2020

Minggu, April 05, 2020

Puasa Orang Yang Meninggalkan Shalat


Syaikh Muhammad bin Salih al-`Utsaimin rahimahullah ditanya tentang hukum orang puasa tapi tidak shalat

Soal:

Syaikh yang mulia, apa hukum puasa bagi orang yang meninggalkan shalat? 

Jawab:

Puasa orang yang meninggalkan shalat tidak sah dan puasanya tidak diterima; karena orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang tidak beriman, murtad; karena Allaah Ta’ala berfirman:

{فَإِن تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ} [التوبة : 11]

Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (At-Taubah 9:11)

Dan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

"Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya maka dia sungguh telah kafir'." (1)

Dan sabda beliau Shallallahu Alaihi Wasallam:

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ

Sungguh, yang memisahkan antara seorang laki-laki dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat'." (2)

Dan inilah pendapat dari kalangan para Sahabat. 

Abdulllaah bin Shaqiq rahimahullaah – beliau adalah dari kalangan Tabi’in -  berkata: Para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah melihat diantara amalan-amalan yang meninggalkannya menyebabkan kafir kecuali shalat.

Oleh karenanya berdasarkan dalil-dalil ini, jika seseorang berpuasa sementara dia tidak shalat maka puasanya ditolak, tidak diterima dan tidak ada manfaat baginya dihadapan Allah pada Hari Penghisapan. Dan kita katakan kepadanya, shalatlah dan juga puasa, karena jika Anda puasa tapi tidak shalat; maka puasa Anda tertolak, karena amalan dari orang kafir tidak diterima.
______________________________________________________

Catatan kaki:

1: HR: at-Tirmidzi, Kitaabul Imaan, Bab: Meninggalkan shalat, no. 2621. Dan HR: An-Nas’i, Kitab Shalat, Bab: Hukum meninggalkan shalat, no. 463. Dan HR: Ahmad in "al-Musnad" (5/546). Dan HR: Al Hakim dalam "al-Mustadrak" (1/7) dan dia berkata "sanadnya sahih" dan Ath-Thahabi sependapat dengannya. Imam At-Tirmidzi berkata "Hasan Sahih Gharib" 
2: HR: Muslim, Kitaabul Imaan, no. 82

Syaikh Muhammad bin Salih al-`Utsaimin
Fiqhul 'Ibadaat, Hlm 204, soal 136

Diterjemahkan dari:

Artikel semisal bisa dibaca:


Baca juga;

Jumat, 03 April 2020

Jumat, April 03, 2020

Bergembiralah Dengan Kedatangan Bulan Mulia



Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan berkah. Seorang muslim hendaknya menyibukkan dirinya dengan apa pun yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dari amal-amal kebaikan dan menghentikan segala keburukan maupun dosa. 
Sikap seorang muslim menyambut kedatangan bulan mulia;

1. Bergembiralah menyambut segala kebaikan di bulan Ramadhan ini, bersungguh-sungguh, berlomba dan bersegeralah mengerjakan kebaikan-kebaikan, demi mengharap apa yang ada di sisi Allah yaitu pahala yang besar. Hendaknya itu dilakukan sejak awal Ramadhan. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda.

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ 

“Pada awal malam Ramadhan setan-setan dan jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup tak satu pun terbuka, pintu-pintu surga dibuka tak satu pun tertutup. Menyerulah penyeru: ‘Wahai orang-orang yang menghendaki kebaikan sambutlah...’.”  
[HR. At-Turmudzi: 618 dan Ibnu Majah: 1632 (Hadits Sahih)]  

Dalam riwayat lain:

وَيُنَادِي مُنَادٍ كُلَّ لَيْلَةٍ يَا طَالِبَ الْخَيْرِ هَلُمَّ وَيَا طَالِبَ الشَّرِّ أَمْسِكْ
“Menyeru penyeru pada setiap malam (Ramadhan): ‘Wahai mereka yang mengharap kebaikan sambutlah dan mereka yang mengharap kejelekan berhentilah.”  
[HR. An-Nasai: 2081 dan selainnya]

2. Bergembiralah menyambut penyeru yang menyeru setiap malam itu, bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan akhirat dengan amal-amal saleh, sesungguhnya umur itu singkat, perjalanan meninggalkan dunia sudah dekat, hanya Allah yang tahu akankah kita dapat bertemu Ramadhan berikutnya ataukah tidak.  Mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca Al-Quran, tasbih, tahlil, takbir, doa, sedekah, amar makruf nahi mungkar, mengajari manusia kebaikan, memperbaiki hati, lisan dan anggota tubuh, berupaya menuntut ilmu, berdakwah, berupaya menyebarkan sunah Nabi shalallahu alaihi wasallam-, belajar al-Quran dan mengajarkannya serta apa saja yang bermanfaat bagi manusia. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

وَ خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ 
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.” 
[HR. At-Thabarani dalam al-Aushat. Hadits sahih]

3. Bergembiralah dengan muhasabah diri di bulan Ramadhan mulia ini. Melihat kepada diri sendiri, menghitung amalan diri sendiri sebelum datang kematian, bersiap menghadapi perhitungan yang besar. Umar -radiallahu'anhu- berkata: 
Hitung-hitunglah dirimu sebelum engkau dihitung. Timbang-timbanglah dirimu sebelum engkau ditimbang. Sungguh akan lebih mudah bagimu menghitungnya dari sekarang untuk perhitungan nanti, dan bersiaplah untuk perhitungan yang besar. Pada hari itu segalanya akan diperlihatkan sehingga tak ada sesuatu pun yang tersembunyi.”  
[Diriwayatkan oleh at-Turmudzi]

4. Bergembiralah di bulan Ramadhan mulia ini, yang merupakan bulan pergulatan kebaikan, bertaubat kepada Allah dengan taubat yang tulus. Allah Ta'âla- berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ. [التحريم : 8 

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai...” (QS. At-Tahrim: 8) 

Taubat yang murni hanya karena Allah Ta'âla- dari segala dosa-dosa. Menghadap Allah dengan rasa takut, mengharap kepada-Nya, cinta kepada-Nya, mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ 

“Orang yang bertaubat seperti orang yang tidak punya dosa.” 
[HR. Ibnu Majah:  4240 ] 

Bahkan Allah -azzawajalla- mengganti keburukan-keburukan orang yang bertaubat dengan kebaikan, sebagaimana firman Allah Ta'âla:

{إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا} [الفرقان : 70]

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; mereka itu Allah ganti kejahatannya dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan: 70)

5. Bergembiralah dan bersemangat dengan masuknya bulan Ramadhan, sangat bersungguh-sungguh menghadap Allah, kembali kepada-Nya, mengubah keadaan dari kelalaian dan keberpalingan menjadi tertuju dan berlomba-lomba melakukan segala kebaikan, berharap dapat selamat dari azab Allah, dan mengupayakan sebab-sebab yang dapat memasukan ke dalam surga, mengangkat derajat di sisi Allah dan selamat dari api neraka.  
Menjadi orang yang terbangun dari tidurnya, berupaya menghidupkan hatinya dengan zikir kepada Allah, bersyukur kepada-Nya, mendekat kepada-Nya, meminta apa-apa yang ada di sisi-Nya dari pahala yang besar dan melihat dunia sebagai sesuatu yang akan pergi dan lenyap sebagaimana firman Allah Ta'âla:

{ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ} [الحديد : 20]

“...dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20) 

Hendaklah menjadi orang yang berhati-hati terhadap dunia dan tipu dayanya, mengharap akhirat yang jauh lebih baik dan kekal. Nabi shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Sesungguhnya dunia manis dan menawan. Allah menjadikan kalian khalifah di dalamnya untuk melihat bagaimana kalian berbuat. Berhatihatilah terhadap dunia dan wanita, sesungguhnya fitnah (cobaan) pertama pada Bani Israel dahulu pada wanita.” 
[HR. Muslim: 4925]

6.  Bergembiralah karena banyaknya yang menyeru kebaikan dan mencegah keburukan. Menjaga diri dari tempat-tempat dan majelis-majelis yang berisi kejelekan dan dosa. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِر

“Penyeru menyeru: ‘Wahai pengharap kebaikan sambutlah dan wahai pengharap keburukan merugilah.” 
[HR. At-Turmudzi: 618 dan selainnya. Hadits sahih] 

Demikian pula jika pergi ke pasar di bulan Ramadhan atau ke tempat lain, ambil kebutuhanmu kemudian keluarlah, jangan menjadi tukang gaduh di pasar, karena pasar adalah tempat yang paling buruk. Nabi shalallahu alaihi wasallam-  bersabda: 

خيرُ البقاعِ المساجدُ وشرُّ البقاعِ الأسواقُ

 “Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar.” 
[HR. Hakim. Hadits hasan] Sabdanya pula: 

وَإِيَّاكُمْ وَهَيْشَاتِ الْأَسْوَاقِ

“Hindarilah kekisruhan pasar.” 

Aisyah -radiallahu'anha- berkata tentang Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-:

لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا صَخَّابًا فِي الْأَسْوَاقِ

“Nabi tidak pernah berbuat keji, tidak berperangai keji dan tidak berbuat gaduh di pasar.” 
[HR. At-Turmudzi: 1939] 

Hindarilah tempat-tempat minuman keras, yang berisi barang-barang haram, ghibah (gosip) dan segala yang buruk. Allahlah pemberi taufik.

Disadur ulang dengan penyesuaian bahasa dari:  Fii Istiqbali Ash Shahr Al Karim, Sheikh Muhammad Ibn Syâmi Muthâin Syaibah.