TITIAN SALAF

"Syiarkan Sunnah, Kikis Bid'ah". Mencukupkan Diri Dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Mengikuti Pemahaman Generasi Terbaik Para Sahabat Radhiyallahu’anhum

Breaking

Selasa, 26 Mei 2020

Selasa, Mei 26, 2020

Taubat Dan Kembali Kepada Allah


MENDAPAT PETUNJUK KE JALAN TAUHID

Saya  (Syekh Muhammad bin Jamil Zainu) membaca hadits Ibnu Abbas Radhyallahu'anhu di hadapan syekh yang mengajariku, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu 'AlaihiWasallam:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

"Bila engkau memohon maka memohonlah kepada Allah, dan bila engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah". (H.R. Tirmidzi dan mengatakan Hasan Shohih) [1]

Sungguh menarik perkataan Imam Nawawi (ketika menjelaskan hadits ini): "... kemudian bila kebutuhan yang ia minta adalah termasuk kekhususan Allah dan tidak bisa dilakukan oleh makhluk-Nya, seperti memohon petunjuk, ilmu, kesembuhan dari penyakit dan mendapatkan kesehatan, maka ia harus memintanya langsung kepada Tuhannya, adapun meminta kepada makhluk dan mengandalkan mereka, maka perbuatan tersebut tercela."

Lalu saya berkata kepada syekh tersebut, bahwa hadits ini dan penjelasannya menunjukkan larangan memohon sesuatu kepada selain Allah جل جلاله. 

Tetapi ia berkata kepadaku: "Bahkan hal itu boleh dilakukan".

"Apa dalilmu?" Sanggah saya.

Syekh itu marah dan berkata: "Bibiku biasa mengucapkan: "Wahai syekh Sa'ad (nama seseorang yang sudah meninggal dan dikubur di dalam mesjid untuk memohon sesuatu kepadanya). Lalu saya tanya bibi saya itu: "Wahai bibiku! Apakah syekh Sa'ad dapat menolongmu? Lalu bibi saya menjawab: "Saya memohon doa kepadanya, agar ia dapat menghadap Allah dan memberiku syafa'at".

Saya berkata kepadanya: "Engkau ini seorang ulama, sementara usiamu engkau habiskan dengan membaca buku-buku. Tetapi aqidahmu engkau ambil dari bibimu yang bodoh itu".

Ia kemudian berkata kepadaku: "Kamu memiliki pikiran-pikiran wahabi (ajaran Muhammad bin Abdul Wahab), kamu melakukan umrah lalu datang membawa buku-buku Wahabi".

Sebenarnya saya tidak banyak tahu tentang Wahabi kecuali apa yang saya dengar dari syekh-syekh yang mengatakan, bahwa orang-orang Wahabi itu berbeda dengan kebanyakan orang, mereka tidak mempercayai para wali dan karamah mereka, tidak mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan berbagai tuduhan-tuduhan bohong yang mereka lontarkan.

Saya berkata pada diri saya sendiri: "Bila orang-orang Wahabiyah mempercayai permohonan hanya kepada Allah   جل جلالهsemata, dan bahwa yang memberi kesembuhan hanya Allah semata. Maka saya harus mengenal ajaran ini lebih jauh".

Saya bertanya kepada orang-orang tentang kelompok ini, lalu diberitahu bahwa mereka biasanya berkumpul pada Kamis malam, untuk mempelajari tafsir, hadits dan fiqh.

Lalu saya pergi ke tempat itu bersama anak-anakku dan beberapa orang pemuda terpelajar. Kami masuk ruangan yang besar, lału duduk menunggu pelajaran dimulai. Dan setelah beberapa saat kemudian, masuklah seorang syekh yang sudah tua. la memberi salam dan menyalami kami semua yang dimulai dari sebelah kanan, lalu duduk di atassebuah bangku. Tidak seorangpun yang berdiri untuknya. Saya berkata dalam hati: "Syekh ini sangat tawadhu (rendah hati), ia tidak senang bila orang lain berdiri menyambutnya". 

Lalu syekh ini mulai memberikan pelajarannya:

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره  

Hingga akhir khotbah, sebagaimana Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam memulai khotbah dan pelajarannya. Kemudian beliau memulai ceramahnya dengan menggunakan Bahasa Arab, menyampaikan hadits-hadits, lengkap dengan penjelasan tentang keshohihan dan perawinya. Dan bersholawat untuk nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam setiap kali menyebut nama beliau. Pada akhir pelajaran, beliau disodorkan banyak pertanyaan secara tertulis. Dan beliau selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu yang diperkuat oleh dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ada diantara yang hadir yang mendebatnya, dan beliau selalu menjawab orang yang bertanya kepadanya.

Dan di akhir khotbahnya beliau mengucapkan:

الحمد لله على أننا مسلمون وسلفيون 

"Kita bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan kitatermasuk diantara orang-orang muslim dan salaf".

Merekalah orang-orang yang mengikuti kaum salafus sholeh yaitu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam para sahabatnya.

Bersambung in sha Allah...
_____________________________
Catatan kaki:

[1]. HR. Tirmidzi no. 2440

Seperti dituturkan oleh Syekh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah (pernah menjadi pengajar di Daarul Hadits al-Khairiyah, di Makkah al-Mukarramah) dalam buku beliau yang berjudul "Kaifa Ihtadaitu ila at-Tauhid wa ash-Shiratil Mustaqim." atau dalam edisi Indonesia "Meniti Jalan Menuju Tauhid" hlm 48 ‐ 51